23 Juni, 2013

Frank Lampard: A Truly Legend of Chelsea FC


Frank Lampard mencium trofi Liga Champions/ Getty Images
Dalam sepakbola modern yang begitu menuntut mentalitas dan fisik, saya jarang sekali melihat seorang pemain seperti Frank Lampard. Dia sudah berusia 35 tahun pada tanggal 20 Juni lalu, tapi, saya seolah masih akan melihat banyak hal dari dirinya di musim depan.

Kalaupun pada akhirnya dia tidak melakukan banyak hal untuk Chelsea musim depan, saya merasa itu bukan masalah. Setelah apa yang diberikan Lampard dalam 12 tahun karir-nya di Chelsea, menurut saya kita memang tidak perlu menuntut hal yang lebih dari diri-nya. Tapi, entah kenapa saya berpikir bahwa dia akan selalu menemukan cara-nya sendiri untuk selalu berkontribusi kepada Chelsea.

Lampard adalah sosok pemain yang tidak dilahirkan dengan bakat-bakat luar biasa seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo atau Eden Hazard. Tapi, dengan etos kerja keras-nya yang begitu terkenal di kalangan fans dan para profesional sepakbola, Lampard membangun kesuksesan-nya dengan cara yang berbeda.

Saya mengagumi kecerdasan-nya dalam membaca situasi di atas lapangan dan hal itu paling sering terlihat saat dia mencetak gol. Jika diamati, sebagian besar gol Lampard tercipta dengan satu cara yang sudah menjadi ciri khas-nya, karena setahu saya tak ada pemain lain yang melakukan hal itu secara berulang-ulang.

Dia bisa masuk ke kotak penalti lawan, tanpa membawa bola dan membuat bek lawan tak menyadari kehadiran-nya. Saat bola berada di kaki-nya, maka dia akan mencetak gol yang terlihat sangat mudah. Hanya kelihatannya...

Frank Lampard dalam sebuah wawancara dengan Adidas TV setelah menjadi top skor Chelsea sepanjang masa/ Getty Images
Menurut saya, pemain dengan tipikal seperti Lampard tidak bisa dihentikan dengan pengawasan ketat. Dia memiliki pergerakan tanpa bola yang cerdas dan membuat pemain lawan kesulitan untuk memantau pergerakan-nya. Karena itulah, kita bisa berkali-kali melihat dia mencetak gol dengan cara yang sama, karena memang sulit untuk menebak apa yang akan dilakukan-nya sepanjang pertandingan.

Karena gaya bermain yang menjadi pilihan-nya, performa Lampard terus awet di level atas dan kontribusi-nya tak pernah seret dari musim ke musim. Dengan bermain efektif dan cerdas, dia merawat tubuh-nya sendiri agar permainan-nya 'tidak terlalu dipengaruhi oleh usia'. Dan, tentunya, dalam hal ini Chelsea lah yang paling beruntung.

Lampard juga memiliki sikap profesional dan kepemimpinan yang luar biasa di atas lapangan. Dia memiliki kontrol diri yang luar biasa dalam situasi sulit secara psikologis untuk dirinya dan tim.

Saya masih ingat saat Lampard menerima kartu merah melawan West Ham di Upton Park pada Maret 2008 dan saat menghadapi Liverpool di Anfield pada Februari 2009. Tayangan ulang menunjukkan jika Lampard tak bersalah dan dua kartu merah tersebut dihapus. Tapi, yang harus digaris-bawahi adalah reaksinya saat menerima kartu merah tersebut. Saya pikir, Lampard mengetahui jika dirinya tak bersalah. Tapi, dia memilih untuk tidak melakukan perlawanan terhadap keputusan wasit.

Frank Lampard dalam pertandingan di Anfield, Februari 2009/ Reuters

Padahal, satu laga yang menegangkan di Anfield bisa saja memiliki akhir yang berbeda jika Lampard tetap berada di atas lapangan. Saat itu Chelsea kalah 2-0 dan Lampard keluar setelah pertandingan berjalan satu jam dan Liverpool sedang unggul 1-0. Chelsea tampaknya bisa mencetak gol balasan sebelum Lampard keluar dan kemudian, gol dari Fernando Torres mengunci kemenangan Liverpool pada menit 88.

Atau masih ingat amarah para pemain Chelsea kepada wasit Tom Heening Ovrebo pada pertandingan leg kedua  semifinal Liga Champions 2008-09 di Stamford Bridge menghadapi Barcelona? Bukan hal yang umum melihat tim tuan rumah mendapatkan perlakuan tidak adil yang terlalu mencolok. Dan keputusan Ovrebo dalam laga tersebut berpengaruh besar dalam kegagalan Chelsea menuju final.

Tapi, saat Didier Drogba dan Michael Ballack mengekspresikan kekecewaan mereka kepada Ovrebo, yang mana bisa saya pahami, Lampard seperti berada dalam sebuah panggung yang berbeda dalam pertandingan tersebut. Dia mendatangi Iniesta, berjabat tangan dengan-nya dan bertukar kaos. Entah kenapa, suasana hati saya yang sangat sedih, mendadak bisa berubah ketika melihat aksi Lampard dan Iniesta. Dan, entah kenapa saya tiba-tiba merasa bahwa Chelsea akan menjadi juara Liga Champions beberapa tahun lagi dan pemain-pemain senior akan berperan besar saat peristiwa bersejarah itu terjadi. Ya, Chelsea menjadi juara tiga tahun kemudian, setelah 'tragedi mengerikan' di Stamford Bridge tersebut.

Saat berbicara mengenai kesuksesan Lampard, hal itu tak pernah lepas dari kerja keras yang sudah menjadi rutinitas sehari-harinya. Banyak sekali media dan orang-orang yang mengenal Lampard berbicara mengenai hal ini.

The Special One dan Profesional Terbaik di Dunia Sepakbola/ PA

Pada satu waktu, Jose Mourinho berkata bahwa Lampard adalah pemain yang datang paling pertama dan terakhir yang terlihat dalam sesi latihan. Atau saat Jose Mourinho melatih Inter, dia pernah berkata bahwa Lampard adalah profesional terbaik yang pernah bekerja dengan-nya.

Lampard sendiri mengaku bahwa dia tidak dianugerahi bakat alami seperti Lionel Messi ataupun Eden Hazard dan hal itulah yang membuat dirinya terpacu untuk terus bekerja keras, membangun kesuksesan dan meraih banyak prestasi bersama Chelsea.

Saya masih mengingat bahwa sehari sebelum pertandingan melawan Aston Villa, Mei lalu, seorang fans Chelsea di twitter menulis bahwa hujan turun di tempat latihan Chelsea dan para pemain mulai meninggalkan lapangan. Tapi, tidak begitu halnya dengan Lampard yang tetap berada di lapangan untuk melatih tendangan-nya.


Dan, tentu kita semua masih mengingat gol Frank Lampard yang menyamai rekor Bobby Tambling. Chelsea sedang tertinggal 1-0 dan Lampard membuka harapan dengan tendangan kaki kirinya yang menembus jala Aston Villa. Tidakkah anda merasa diberi sebuah petunjuk bahwa Lampard sudah mempersiapkan diri untuk menyelamatkan timnya saat berlatih di bawah hujan sehari sebelumnya?

Frank Lampard adalah sosok yang terus menjaga ambisi dan kerja keras saat usianya  35 tahun. Rasanya sulit menemukan sosok seperti itu saat ini. Dia adalah orang yang menerapkan standar paling tinggi dalam latihan hingga hari ini.

Bahkan, dalam wawancaranya dengan Adidas TV, Lampard seolah tidak percaya bahwa dirinya sudah mencetak 203 gol saat ia melihat ratusan bola berada di lapangan Stamford Bridge sebagai perayaan setelah ia menjadi top skor sepanjang masa Chelsea menggantikan Bobby Tambling. Saya tidak tahu kenapa ia seperti terkejut melihat pencapaian-nya sendiri, tapi mungkin dia merasa bahwa dirinya belum melakukan banyak hal untuk Chelsea dan berniat memberikan lebih banyak lagi musim depan? Ya, fans Chelsea masih mengharapkan hal itu dari Frank Lampard, A Truly Legend of Chelsea FC!



KTBFFH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar