18 April, 2014

Nemanja Matic, Sentuhan Terakhir Mourinho Untuk Masa Transisi Chelsea


Nemanja Matic

Tak hanya Jose Mourinho yang kembali bereuni dengan Chelsea musim ini. Salah satu pemain yang menjadi kunci performa impresif Chelsea di paruh kedua musim 2013-14, Nemanja Matic, juga menjalani kehidupan keduanya di Stamford Bridge. Gelandang Serbia itu kembali setelah Mourinho meminta manajemen Chelsea untuk menggelontorkan uang sebesar 22 juta Pounds dengan durasi kontrak lima setengah tahun pada jendela transfer musim dingin 2014.

Ya, Matic sebelumnya pernah berseragam Chelsea. Didatangkan dari MFK Kosice pada awal musim 2009-2010 dengan nilai transfer 1,5 juta Pounds, karir pertamanya di Chelsea tidak mulus. Ia hanya tiga kali memperkuat Chelsea sepanjang musim tersebut dan kemudian dipinjamkan ke Vitesse Arnhem pada Agustus 2010. Setelah empat bulan bermain untuk Vitesse, Matic kemudian menjadi bagian kesepakatan antara Chelsea dengan Benfica dalam pembelian bek enerjik asal Brasil, David Luiz. Chelsea merelakan Nemanja Matic dan uang sebesar 21 juta Pounds untuk ditukar dengan jasa David Luiz.

Di Benfica, keputusan Jorge Jesus untuk mengubah peran pemain kelahiran 1 Agustus 1988 sebagai playmaker menjadi gelandang bertahan mungkin akan menjadi hikmah terbesar yang pernah terjadi dalam karir sepak bolanya.

Menurut penuturan Matic, Jorge Jesus memintanya menjadi gelandang bertahan karena menurut sang pelatih ia bisa bermain lebih baik di posisi tersebut. Pemain yang kini mengenakan nomor punggung 21 di Chelsea mengaku bahwa ia tidak bermain bagus di posisi itu pada awalnya. Namun, berkat kepercayaan dan ilmu taktik dari sang pelatih, ditambah porsi latihan ekstra, dan menghabiskan waktu di gym lebih banyak usai latihan, Matic pun bertransformasi menjadi salah satu gelandang bertahan paling berpotensi di Eropa.



Singkat cerita, sebelum akhirnya Chelsea memutuskan untuk membawanya kembali di Januari 2014 lalu, Matic meraih pencapaian individu yang cukup membanggakan. Ia memang tidak sukses membawa Benfica juara Liga Portugal dan bahkan gagal mengangkat piala di ajang Eropa setelah Benfica kandas di tangan Chelsea pada final Liga Europa musim lalu. Namun, ia menerima penghargaan individu sebagai Primeira Liga Player of the Year setelah memenangkan penghargaan pemain terbaik bulanan sebanyak tiga kali di musim 2012-13.

Kisah Matic bersama Chelsea jilid kedua sangat berbeda bak langit dan bumi. Mourinho menjadikan Nemanja Matic sebagai kepingan puzzle terakhir untuk melengkapi transisi permainan Chelsea di lini tengah. Sudah bukan rahasia lagi, jika Mourinho memang tak pernah setuju dengan arah transisi permainan Chelsea yang mulai diusung oleh Andre Villas-Boas.


“I don’t like the way Chelsea were playing the last couple of years, the club doesn’t like it and we want to change. We want to play a different style." - Jose Mourinho, Sept 20, 2014.


The Happy One pun mulai mengeksekusi gagasan-gagasannya untuk membentuk Chelsea yang lebih ideal menurut filosofinya yang mengedepankan permainan taktis dan kedisiplinan dalam membangun pertahanan. Catatan buram pertahanan Chelsea pada musim 2011-12 (46 kebobolan gol) dan 2012-13 (kebobolan 39 gol), merupakan jumlah kebobolan tertinggi sepanjang era Roman Abramovich, adalah sesuatu yang tidak ingin diulang oleh Mourinho. (Bandingkan dengan catatan Chelsea musim ini, dimana setelah menjalani 34 laga, mereka baru kebobolan 24 gol!).

Tugas Mourinho tak sekedar menentukan kombinasi terbaik dari tiga gelandang serang yang bertugas di belakang striker. Namun, ia juga harus menemukan jawaban dari kombinasi duet gelandang tengah untuk menemukan keseimbangan tim.

Di awal musim ini, eks pelatih Porto, Inter Milan dan Real Madrid mempercayakan duet pivot pada kombinasi Ramires dan Lampard. Namun, kendala terbesar dari duet ini adalah Lampard, yang sudah berusia 35 tahun, tidak mungkin menjadi bagian utama dari rencana jangka panjang Mourinho. Lagipula, pada dasarnya Lampard bukanlah seorang gelandang bertahan murni. Jika ada satu hal yang bisa menyelamatkan nilai Lampard sebagai gelandang bertahan, maka itu adalah kecerdasan otaknya yang masuk dalam kategori di atas rata-rata. Ia bisa membaca serangan lawan sekaligus menentukan arah permainan timnya. Jika dalam kondisi yang cukup fit, tubuh dan otaknya bisa bersinergi untuk berada di posisi yang tepat sepanjang laga. Untuk menyiasati kondisi fisik Lampard, Mou terkadang memberikan kesempatan pada Mikel untuk bergantian mengisi posisi Lampard. Sayangnya, style Mikel yang cenderung memperlambat tempo permainan, tentu tidak cocok disandingkan dengan kecepatan yang dimiliki attacking midfielders Chelsea, seperti Eden Hazard dan Willian. Marco van Ginkel mengalami cedera yang memaksanya absen hingga tujuh bulan, Michael Essien telah melewati masa keemasannya.

David Luiz? Menempatkan Luiz sebagai gelandang bertahan sepertinya tak pernah menjadi rencana utama Mourinho. Pasalnya, di awal musim David Luiz menjadi bagian dari seleksi Mourinho untuk mencari kombinasi terbaik bek tengah. Mourinho harus melalui perjalanan yang cukup sulit sebelum akhirnya menemukan kombinasi terbaik Gary Cahill dan John Terry. Sebagai contoh, dari sepuluh laga awal yang dijalani Chelsea musim ini (di Premier League dan Champions League), Mourinho memasang tiga kombinasi bek tengah yang berbeda, Cahill-Terry, D. Luiz-Cahill dan Terry-D. Luiz.

Tapi kemudian, sebuah kondisi yang mendesak membuat David Luiz menjadi starter bersama Frank Lampard sebagai duet di lini tengah dalam sebuah laga menarik di Stamford Bridge melawan Liverpool di akhir tahun 2013. Ramires harus absen karena akumulasi kartu. Tapi performa mengejutkan justru ditampilkan Chelsea. Kombinasi Lampard dan Luiz berperan penting membuat Chelsea unggul 2-1. Sayang, duet ini hanya bertahan 45 menit karena Lampard cedera, sementara David Luiz mendapatkan kartu kuning yang membuatnya tak bisa bermain saat melawan Southampton. Chelsea menang 2-1, dan ini menjadi awal bagi David Luiz mendapatkan kepercayaan bermain sebagai gelandang di era kepelatihan Jose Mourinho. Tapi, satu performa mengesankan belum tentu menghasilkan kepercayaan instan.

Duo Serbia, Branislav Ivanovic dan Nemanja Matic

Dengan kondisi di atas, menurut saya, pembelian Nemanja Matic atau pemain dengan posisi gelandang bertahan, bukanlah sesuatu yang direncanakan Mourinho secara mendadak. Dengan kian gencarnya wacana Financial Fair Play, membeli beberapa pemain sekaligus di awal musim tanpa melakukan penjualan adalah sesuatu yang bisa membuat Chelsea berada dalam kondisi sulit di kemudian hari. The Blues telah menghabiskan dana yang cukup besar untuk membeli Willian, Marco van Ginkel dan Andre Schuerrle. Mourinho memang terkesan tidak tergesa-gesa untuk membentuk skuad ideal dalam proyek jangka panjangnya. Mourinho sekarang tampak lebih bersabar dalam menjalankan tugasnya dan memberikan waktu untuk semua pemain membuktikan diri bahwa mereka layak mendapatkan kepercayaan untuk memainkan skema permainan sang bos. Di sisi lain, Mou tampaknya paham bahwa siapapun pemain yang akan masuk dalam rencana penjualan, apakah itu di jendela transfer musim dingin atau musim panas, pasti akan dibanderol dengan harga besar. Pembelian Willian dan Andre Schuerrle adalah sebuah tanda bahwa Mourinho harus menjual gelandang serang Chelsea yang lain.

Kesempatan emas pun datang pada jendela transfer musim dingin saat Man. United menawarkan 37 juta Pounds demi membeli Juan Mata. Ditambah dengan penjualan Kevin de Bruyne ke Wolfsburg yang mencapai 18 juta Pounds, secara matematis pembelian Nemanja Matic (22 juta Pounds) dan Mohamed Salah (15 juta Pounds) membuat Chelsea untung sekitar 18 juta Pounds.

Matic tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan tempat di tim utama Chelsea. Meski hanya bermain sebagai pemain pengganti saat Chelsea menaklukkan Man. United 3-1 dan bermain imbang 0-0 melawan West Ham, Matic turun sebagai starter saat Chelsea melawan Manchester City pada 3 Februari 2014. Sebuah laga yang eksklusif mengingat City belum pernah kalah di Etihad dan juga menjadi kandidat juara. Chelsea menang tipis 0-1 lewat gol Branislav Ivanovic.

Nemanja Matic menjadi Man of the Match berkat performa impresifnya yang sukses meredam kecerdikan lini tengah Manchester City yang dipimpin Yaya Toure. Dalam laga ini, menurut catatan statistik squawka.com, Matic mencetak 10 clearance, satu block dan tiga intersep. Jelas, pemain dengan tinggi 194 cm ini berperan penting menjadikan The Blues sebagai tim pertama yang tidak kebobolan di Etihad dalam tiga tahun terakhir!

Jika catatan satu laga tidak cukup menjelaskan peran seorang Nemanja Matic, maka bisa dilihat bagaimana perannya dalam 13 laga Premier League yang sudah dijalaninya bersama Chelsea. Sebelum ia datang, Chelsea kebobolan 19 gol dalam 21 laga Premier League. Bandingkan catatan anak buah Mourinho setelah kedatangan Matic, Chelsea hanya kebobolan lima gol dan mencetak delapan kali clean-sheets. Kian solidnya kuartet bek Ivanovic, G. Cahill, J. Terry dan Azpilicueta juga menjadi faktor lain kenapa gawang Chelsea sulit dibobol lawan.

Secara keseluruhan, Matic sudah mencetak 51 clearance, lima block dan 28 kali intersep. Salah satu kelemahan yang cukup menonjol dari Matic adalah kemampuan tacklingnya. Dari 73 tackling yang sudah dilakukannya, hanya 23 yang sukses. Dengan tipikal Liga Inggris yang cepat dan sangat mengandalkan fisik, kekurangan Matic dalam hal tackling harus segera diperbaiki.

Di sisi lain, walaupun belum mencetak gol, Matic menunjukkan peningkatan kinerja dalam membantu rekan setimnya untuk membangun serangan dan mencetak gol. Dari empat laga terakhir The Blues, Matic mencetak empat assist (dua saat menang 6-0 melawan Arsenal, sementara satu assist saat 3-0 melawan Stoke City dan menang 0-1 melawan Swansea), sementara sembilan dari 12 key passes yang sudah ia cetak, dilakukan dalam lima laga terakhir.

Mourinho menunjukkan kepada semua orang betapa sulit tugas yang harus ia kerjakan musim ini. Menemukan kombinasi yang tepat di setiap lini dengan mengubah starting XI dalam setiap pertandingan, tapi sekaligus dituntut untuk meraih kemenangan. Rotasi tak boleh menjadi satu-satunya alasan, karena The Blues memang dipenuhi bakat menawan. Setiap pemain layak mendapatkan kesempatan, meskipun hanya 11 yang bisa menjadi pilihan.

Nemanja Matic adalah sentuhan terakhir Mourinho untuk masa transisi Chelsea. Setelah menemukan kombinasi gelandang serang yang cocok dengan skema permainannya dan empat bek yang kokoh dalam bertahan, Mou mendatangkan Matic untuk menjadi penyeimbang dua lini. Mampu membaca permainan lawan, memotong umpan, sekaligus sigap menjaga lini pertahanan saat dibutuhkan. Akurasi umpan Matic juga lumayan (mencapai 84 persen), menandakan bahwa kakinya juga mampu merasakan kehadiran rekan-rekannya sekaligus menyatu dengan tempo permainan Chelsea yang sudah mengandalkan kecepatan.

Jika permainannya konsisten dan tidak terhalang cedera, apalagi Serbia tidak lolos ke putaran final Piala Dunia 2014, Nemanja Matic bisa menjadi pemain kunci yang menentukan nasib Chelsea musim depan. Ia bisa bermain di kompetisi elit Eropa dan membuktikan diri sebagai salah satu gelandang bertahan terbaik dunia.

Ah (Jorge) Jesus, kau memang 'juru selamat' Matic.......


READ MORE - Nemanja Matic, Sentuhan Terakhir Mourinho Untuk Masa Transisi Chelsea