15 Juli, 2013

Kejayaan Chelsea dan Label Pemain Senior

Frank Lampard dan Petr Cech merayakan top skor Chelsea sepanjang masa setelah laga vs Aston Villa/ ChelseaFC
Bicara soal kesuksesan Chelsea maka hal itu tak bisa lepas dari peran para pemain senior. Semenjak kedatangan Roman Abramovich di tahun 2003, 10 tahun yang lalu, belasan trofi telah hadir di lemari The Blues.

Tanpa mengesampingkan peran pemain lain, Chelsea boleh berbangga hati memiliki sederet pemain yang telah menunjukkan loyalitas mereka dalam sepuluh tahun terakhir. Setia bersama satu klub, dalam kondisi sulit dan senang, dalam kepelatihan (setidaknya) delapan manajer yang berbeda dan tentunya mempersembahkan trofi dan medali kebanggaan untuk klub.

Dari bawah mistar gawang hingga lini depan, Chelsea telah memiliki pemain terbaik di Premier League dan dunia. Di posisi kiper, Chelsea memiliki Petr Cech yang datang ke Chelsea tahun 2004. Di posisi bek, John Terry adalah produk kebanggaan akademi The Blues, sementara Lampard yang datang pada 2001, telah mencetak beberapa rekor mengesankan. Di lini depan, hingga kini, menurut saya belum ada pemain yang mampu menandingi nama besar Didier Drogba yang direkrut Mourinho pada tahun 2004.

Didier Drogba memang telah meninggalkan Chelsea setahun yang lalu. Tapi, saya ingin membahas betapa kuatnya pengaruh para pemain senior Chelsea ini dalam kesuksesan klub hingga membuat mereka mendapatkan label atau pemberitaan yang menurut saya agak aneh dan tidak adil dari media atau pers.

Duo ikon Chelsea FC/ ITV.com
Saya cukup mengetahui bagaimana media Inggris menggambarkan pengaruh para pemain senior Chelsea. Agak aneh bagi saya, bahwa label 'pemain senior' tidak sering diberikan pada pemain senior di klub lain.

Saya melihat Steven Gerrard dan Jamie Carragher yang berperan besar dalam kejayaan Liverpool di Istanbul saat meraih trofi Liga Champions 2005. Mereka berdua juga pemain hebat di posisi-nya masing-masing. Tapi, saat prestasi Liverpool menurun dan disertai pergantian manajer, media Inggris tidak terlalu mengusik pemain-pemain senior Liverpool dengan isu-isu seperti yang terjadi pada pemain-pemain senior Chelsea.

Chelsea memiliki delapan manajer yang berbeda dalam 10 tahun terakhir, dan saat Chelsea mengganti manajer, para pemain senior ini selalu mendapatkan tuduhan yang negatif. Tuduhan tersebut hampir selalu berbunyi bahwa mereka meminta pihak klub untuk memecat manajer saat performa tim tidak bagus dan mereka tidak merasa cocok dengan sang manajer.

Well, berapa kali Real Madrid mengganti pelatih dalam sepuluh tahun terakhir? Tapi, tidak satupun media membicarakan konspirasi antara Raul Gonzales atau Iker Casillas untuk menyingkirkan pelatih. Sungguh mengherankan...

 Saat media membahas Liverpool, mereka menulis, 'Steven Gerrard dan Jamie Carragher...'. Saat media memberitakan Real Madrid, mereka menyebutkan, 'Iker Casillas, Sergio Ramos, Raul Gonzales...'. Ketika media menganalisa Chelsea, mereka menulis, 'Para pemain senior.....'

Dan itu semua terjadi karena, menurut saya, pemain senior Chelsea memiliki pengaruh yang lebih besar untuk klub-nya dibandingkan pemain senior di klub lain.

Sebelum Roman datang, Chelsea belum sebesar sekarang. Memiliki puluhan juta fans di seluruh dunia, trofi-trofi prestisius dan pemain-pemain berkelas dan mematahkan dominasi Manchester United serta Arsenal, tentunya membuat Chelsea menarik perhatian pecinta sepakbola.

Ya, perubahan nasib yang dialami Chelsea ikut mendongkrak popularitas para pemain. Banyak suporter sepakbola melakukan identifikasi terhadap pemain-pemain Chelsea yang performanya gemilang dan memiliki pengaruh besar di antara para pemain (ex: kapten tim dan wakilnya).

Saat Chelsea mengangkat trofi Premier League di tahun 2005 dan 2006, mereka mematahkan dominasi Arsenal dan Manchester United yang berlangsung selama tujuh tahun. Arsenal bahkan meraih gelar Premier League di tahun 2004 dengan status The Invincible alias tak terkalahkan dalam satu musim. Chelsea melakukan sebuah langkah luar biasa ketika banyak orang meragukan metode investasi Roman Abramovich yang terkesan demi meraih kesuksesan instan dan jangka pendek.

Didier Drogba dan Petr Cech saat memenangkan trofi Piala FA 2012/ Getty Images
 Tapi, faktanya? Hingga 10 tahun era kepemilikan Roman Abramovich, Chelsea tetap menjadi salah satu raksasa di Inggris dan Eropa. Dan, dalam 10 tahun penuh sejarah tersebut, Chelsea memiliki pemain-pemain kunci yang tidak berubah. Petr Cech, John Terry, Frank Lampard dan Didier Drogba.

Adakah sekumpulan pemain di klub lain yang bertahan dengan konsistensi luar biasa seperti yang dimiliki empat pemain Chelsea di atas? Ada. Para pemain Manchester United.

Tapi, kenapa label 'pemain senior' tidak terlalu melekat pada sosok seperti Ryan Giggs, Paul Scholes, Rio Ferdinand? Karena Manchester United memiliki manajer dengan pengaruh lebih besar dibandingkan para pemain-nya. 26 years, 38 trophies, strong charisma, very great player management, simply the best in the world, Sir Alex Ferguson.

Jose Mourinho datang pertama kalinya di tahun 2004. Ketika itu, Lampard, Terry, Cech dan Drogba masih begitu muda dan belum mendapatkan pengalaman besar, sementara Jose Mourino adalah manajer dengan karakter yang sangat kuat di dalam dan di luar lapangan. Jose Mourinho adalah sosok juara Liga Champions saat datang ke Chelsea.

Tapi, setelah era pertama Mourinho berakhir di tahun 2007, menurut saya, Chelsea tidak memiliki manajer dengan kharisma dan pengaruh seperti Jose Mourinho. Mourinho tidak hanya menyetel standar yang begitu tinggi di atas lapangan (prestasi tim), tapi dia juga menetapkan sebuah standar profil seorang manajer Chelsea di mata media dan publik sepakbola Inggris.

Manajer Chelsea selanjutnya seperti mengalami kesulitan menyamai standar Mourinho dan tak ada satupun di antara mereka yang bekerja di Chelsea lebih lama dari The Special One. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab kenapa profil pemain senior Chelsea terlihat lebih besar dibandingkan manajer mereka.

Avram Grant menjadi suksesor Mourinho dengan kondisi belum memegang lisensi kepelatihan, tapi sukses membawa Chelsea melangkah ke final Liga Champions untuk pertama kali.

Luis Felipe Scolari datang di tahun 2008, membawa gaya samba ke permainan tim, tapi gagal mempertahankan konsistensi hingga dipecat Februari 2009. Guus Hiddink datang, pelatih yang sangat bagus, karakter yang luar biasa, satu trofi Piala FA, tapi hanya bertahan empat bulan.

Lalu datanglah Carlo Ancelotti, yang sukses mempersembahkan double winner pertama kalinya untuk Chelsea di tahun 2010. Tapi, sayangnya, dia gagal mempertahankan trofi Premier League di musim berikutnya dan dipecat setelah hanya bertugas selama dua tahun.

Andre Villas Boas dan Roberto Di Matteo mengalami nasib yang sama dengan para pendahulunya. Sukses tanpa konsistensi membuat mereka semua terdepak dari kursi manajer.


Manajer datang dan pergi, tapi para pemain senior selalu bertahan di tempat yang sama dan memberikan kontribusi yang luar biasa. Cech, Terry, Lampard dan Drogba (sebelum pindah ke Galatasaray) dilabeli 'pemain senior' bukan sekedar karena usia mereka. Mereka telah menetapkan sebuah standar permainan individu yang begitu tinggi, pengalaman dan juga karena kondisi-kondisi yang telah saya sebutkan di atas.

Senioritas tidak bicara soal usia, tapi lebih kepada faktor keteladanan, loyalitas dan standar permainan dan itu sudah ditunjukkan oleh para pemain senior Chelsea.

Label pemain senior untuk Cech, Terry, Lampard, sekarang Ashley Cole, terkadang digunakan pers untuk membuat pemberitaan yang negatif. Tapi, di sisi lain, label itu mempertegas bahwa keberadaan pemain senior merupakan sebuah aset yang luar biasa untuk Chelsea dalam membangun sejarah mereka.


KTBFFH


READ MORE - Kejayaan Chelsea dan Label Pemain Senior

12 Juli, 2013

Andik Vermansah: Player to Watch in BNI All-Star Team vs Chelsea


Andik Vermansah, saat bermain untuk Persebaya
 Berbicara tentang sepakbola Indonesia bukan hal yang menyenangkan bagi saya secara pribadi. Bukan karena saya membencinya, tapi sepakbola Indonesia saat ini penuh masalah, dari dualisme kompetisi, campur tangan elit politik, pengaturan skor, perkelahian antar wasit dan pemain dan juga rivalitas buruk antar suporter.

Tapi, semua masalah tersebut tidak membuat stadion-stadion sepi saat pertandingan domestik digelar, karena rakyat Indonesia sangat mencintai sepakbola. Saking cintanya, mereka bahkan rela mengonsumsi banyak hal tidak sehat di dalamnya.

Tapi, saat berbicara sepakbola, kita akan selalu menemukan hal positif. Seperti yang saya katakan tadi, gairah suporter tidak habis karena masalah yang ada. Selain itu, salah satu yang paling menarik adalah bakat-bakat dalam diri pemain Indonesia.

Nah, saat Chelsea mengunjungi Indonesia pada 25 Juli, mereka akan menghadapi tim seleksi BNI All-Star. Meskipun hingga kini belum bisa dipastikan siapa yang akan bermain dalam tim tersebut, tapi saya selalu berharap satu nama ini akan unjuk kemampuan pada tanggal 25 Juli nanti. Dia adalah Andik Vermansah.


Andik adalah salah satu talenta paling menarik dalam sepakbola Indonesia saat ini. Saya mungkin terdengar bias karena Andik adalah pemain Persebaya Surabaya, klub lokal yang saya cintai. Tapi, sudah banyak pengakuan untuk Andik meluncur dari mulut tokoh-tokoh ternama sepakbola dunia.

Andik terkenal dengan kecepatan yang dimilikinya. Pemain berusia 21 tahun ini menarik perhatian dengan kecepatan larinya yang 'tidak normal'. Bahkan, coach Timo Scheunemann, Direktur Teknis Chelsea FC Soccer School Indonesia, pernah menulis di twitter-nya, bahwa Usain Bolt akan membenci Andik karena bisa kalah sprint darinya.

Pengakuan untuk Andik juga didapatkan dari ESPN Soccernet. Pada tahun 2012 lalu, Andik menjadi satu dari 10 'Asian Players to Watch in 2012" versi ESPN Soccernet.

Atau, kita bisa melihat reaksi para pemain atau eks pemain ternama saat melihat aksi Andik. Sebagai anggota resmi FIFA, tentunya Indonesia sudah beberapa kali menggelar laga persahabatan internasional dan saat Andik bermain, nyaris selalu ada komentar atau reaksi positif tentang permainan-nya.


Saat LA Galaxy bertanding di Indonesia, pada satu kesempatan David Beckham melakukan tackling kepada Andik untuk menghentikan lari-nya. Tapi, begitu laga usai, Beckham memilih Andik untuk bertukar kostum dengan-nya. Becks mengaku bahwa Andik seorang pemain berbakat.

"Dia sangat cepat dan berbakat. Saya juga merasa tidak enak karena sempat mengasari-nya," kata Beck usai laga.

Pujian juga meluncur dari Andrea Stramaccinoni, mantan pelatih Inter Milan. Ketika Internazionale bertanding melawan Indonesia Selection, 24 Mei 2012, di Syadion GBK, Andik juga tampil memukau.

Andik Vermansah dan Esteban Cambiasso
"Menurut saya, pemain Indonesia yang paling bagus adalah nomor 10 (Andik Vermansyah), tapi saya lupa namanya. Ia memiliki kualitas tinggi," ujar Stramaccioni setelah pertandingan. 

Begitu juga saat Tim Nasional Belanda bertanding melawan Indonesia. Asisten pelatih Belanda, Patrick Kluivert, mengungkapkan pujian-nya untuk Andik. Padahal, dalam laga itu, Andik hanya bermain di 30 menit terakhir.

"Pemain Indonesia bagus-bagus. Tapi saya ingin tahu siapa pemain nomor 21 itu?" tanya Kluivert.

"Yes, Andik. Dia pemain bagus, Andik sangat cepat. Indonesia sangat beruntung memiliki dia," lanjutnya.

Ya, Andik merupakan salah satu berlian paling bersinar di tengah gelapnya persepakbolaan Indonesia. Tapi, yang perlu diketahui, Andik juga melewati masa-masa sulit sebelum akhirnya menjadi pemain profesional.

Menurut pengakuan pemain bertubuh mungil ini, ia pernah berjualan es saat masih kecil. Ia melakukan hal itu untuk membantu keluarganya dan membeli sepatu seharga Rp. 25.000 agar bisa bermain sepakbola. Orangtua Andik tak mendukung langkah anak-nya untuk menjadi pesepakbola profesional. Tapi, kesulitan-kesulitan seperti itu tak pernah menghapus cita-cita seorang Andik. Hingga akhirnya seorang pelatih dari klub SSB Suryanaga, Rudi, menemukan bakatnya dan menawarinya bermain di salah satu sekolah sepakbola di Jember secara gratis.

Andik Vermansyah adalah kebanggaan masyarakat Surabaya. Andik juga bangga dengan identitas-nya sebagai orang Surabaya, namun saat tampil membawa nama Indonesia, Andik selalu mengutamakan nasionalismenya. Ia dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan agak pendiam.

Saya hanya sudah tidak sabar untuk mendengar manajer atau pemain Chelsea berbicara mengenai Andik jika dia bisa tampil di GBK pada 25 Juli mendatang. BRAVO!




READ MORE - Andik Vermansah: Player to Watch in BNI All-Star Team vs Chelsea