10 Desember, 2012

Teruntuk Fans Rival 'Yang Paling Menjengkelkan'

PS said the reason why United fans is the most annoying fans is because of their team win so often.

Then i just wanna say, Isn't that the same reason why they pick this team, is it?

(AKU GAK NGURUS GRAMMARNYA BENER ATAU SALAH, SAYA BUKAN MURIDNYA BENHAN!)

Ungkapan di atas hanya bentuk rivalitas semata. Saya punya banyak teman dari klub tetangga sebelah dan mereka seharusnya tahu dengan sejarah klubnya yang panjang itu, battle opini itu lumrah.

Jadi, saat salah satu seleb bola, Pangeran Siahaan, menulis tentang 'Fans Manchester United adalah Fans Paling Menjengkelkan', dia mengungkapkan salah satu alasannya karena Setan Merah sering menang.

Pendek saja tanggapan saya, bukankah itu juga alasan kenapa mereka (fans United) memilih klub dengan gelar Liga Inggris terbanyak tersebut, begitu bukan? Hoaaaammhhhh...

Lalu kenapa Nand?

Gak papa terserah mereka juga mo suka klub mana aja, aku sih suka Chelsea baru sembilan tahun, meski udah suka sepakbola 18 tahun lalu :D

Bentar dulu,,,,,

Maksud saya, saya cuma menyindir segelintir (segelintir dari banyaknya fans United di buni ini itu mungkin sama jumlahnya dengan jumlah bonek di Surabaya dan sekitarnya, Aremania di Malang dan sekitarnya dan sekitarnya, The Jak di Jakarta dan sekitarnya, Viking/Bobotoh di Bandung dan sekitarnya dan bla..bla..bla...) yang selalu mengolok fans Chelsea sebagai fans plastik. Karena mereka (fans United) menilai fans Chelsea musim jamur itu tumbuh di era Roman.

Terserah dong?! Weeekkk :P

Kalo mereka (fans United) bilang fans Chelsea cuma penggila titel atau gelar juara atau penggila kemenangan, sebaiknya mereka juga menjelaskan kepada saya kenapa setiap ada yang mengolok mereka arogan, mereka hampir selalu menjawab, "Not arrogant, just better". Kenapa? Ya gampang banget jawabnya, karena mereka juga fans yang gemar membanggakan jumlah trofi klub kesayangannya. Beres kan?

Artinya, kecuali mereka yg bermukim di Inggris, di kota mereka masing-masing, rasanya gak perlu fans klub luar dalam negeri yang kampungan ini saling melabeli satu sama lain. Gimana, fair kan?

Jadi, itulah keluh kesah saya setelah melihat timeline twitter saya dipenuhi dengan reaksi drama Derby Manchester di Etihad (10/12/2012). Skor akhirnya 2-3 untuk kemenangan United. Meskipun saya terkadang ngelindur empat atau dua hari sebelumnya berharap kedua tim ini kalah, saya tahu hal itu hanya akan terjadi kalo United atau City membuat dua tim, yang satu Man. United A/Man. City A versus Man. United B/Man. City B. Sama-sama tim kota Manchester jadi bisa disebut Derby Manchester, kalau ada salah satu yang kalah maka bisa disebut Manchester United / Manchester City kalah dua-duanya tanpa melibatkan embel A atau B.

Ah, biarlah, setidaknya poin FPL saya lumayan hari ini, sumbangan dari Rafael ama RVP. Saya terbenam di dasar klasemen CISC League, mirip  Nordsjaelland yang dibantai Chelsea 6-1 (agg. 10-1) di UCL kemaren. Ya udah gitu aja.

Btw, kalian paham gak sih saya ngomong apaan?


*pingsan*



READ MORE - Teruntuk Fans Rival 'Yang Paling Menjengkelkan'

24 November, 2012

Roberto Di Matteo: Yang Tak Diinginkan, Yang Tak Seharusnya Bertahan...

Pemecatan Roberto Di Matteo dari kursi manajer Chelsea menjadi kejutan terbesar terbesar tengah pekan ini. Sebagian besar yang membaca berita ini pada hari Rabu sore (21/11) waktu Indonesia, pasti merasa terkejut, bingung dan bertanya-tanya kenapa seorang manajer yang mempersembahkan trofi Liga Champions enam bulan lalu harus dipecat secara tiba-tiba.

Pemecatan Roberto Di Matteo bersifat tiba-tiba? Kata tiba-tiba biasanya diarahkan pada sebuah kondisi dimana orang tidak melihat indikasi atau gejala-gejala akan terjadinya sesuatu yang tidak dibayangkan. Kepergian Roberto Di Matteo dari kursi kepelatihan bukanlah sesuatu yang bersifat tiba-tiba jika semua orang tahu bagaimana kultur Chelsea dibangun di era roman Abramovich.

Sebelum dipaksa melepas jabatan sebagai manajer Chelsea, Di Matteo hanya mampu membawa timnya meraih dua kemenangan dari tujuh laga terakhirnya. Dua kemenangan diraih saat melawan Manchester United di ajang Piala Liga Inggris dan saat menghadapi Shakhtar Donetsk di Liga Champions. Sisanya, kalah tiga kali, yaitu dari Manchester United dan West Brom di Liga Primer Inggris, serta Juventus di Liga Champions.

Dua kemenangan yang diraih terkesan membanggakan, tapi sebenarnya Chelsea bahkan harus berjuang sangat keras untuk menaklukkan sekelompok pemain lapis dua United di ajang sekelas Piala Liga serta keberuntungan di Liga Champions saat Shakhtar Donetsk bermain jauh lebih bagus dari mereka. Justru kekalahan yang mereka raihlah yang menimbulkan dampak lebih besar dari kemenangan yang mereka capai.

Ya, sejak kalah dari Manchester United 28 Oktober silam, Chelsea tak lagi meraih kemenangan di Liga Inggris. Di tengah banyaknya perdebatan bahwa laga itu berselimut kontroversi karena kepemimpinan wasit Mark Clattenburg, pertanyaan lain yang mungkin seharusnya muncul adalah mengapa The Blues bisa kebobolan dua gol begitu cepat lewat manuver serangan sayap Setan Merah? Kekalahan dari United dan juga West Brom membawa dampak hilangnya tahta klasemen dan kini Chelsea menempati posisi tiga klasemen.

Lalu, ehm, kekalahan telak 3-0 dari Juventus. Dampak dari kekalahan ini adalah Chelsea mungkin akan menjadi tim pertama yang tidak lolos ke fase knock out dengan status sebagai juara bertahan Liga Champions. Apakah Roman Abramovich yang terkenal dengan ambisinya sebagai pemenang itu akan bahagia dengan kondisi tersebut? Apakah fans Chelsea merasa tenang-tenang saja?

Bicara soal kebobolan, absennya John Terry jelas menimbulkan efek merusak yang luar biasa. Absennya Terry karena hukuman FA dan ditambah cedera, membuat lawan-lawan Chelsea begitu leluasa mengerjai Petr Cech, kiper yang musim lalu dinilai tampil begitu gemilang dengan sejumlah penyelamatan menawan. Tapi, semua tahu kalau itu bukan salah Petr Cech.

Lalu ini (pemecatan Roberto Di Matteo) semua salah siapa?

Ada beberapa alasan kenapa pemecatan Roberto Di Matteo bisa dikatakan masuk akal. Sedikit meminggirkan faktor sentimen emosional, melihat sosok Roberto Di Matteo sebagai bagian dari sejarah Chelsea saat ia menjadi pemain dan juga menjadi manajer Chelsea pertama yang bisa mengangkat trofi Big Ear, sejatinya menahan Di Matteo lebih lama lagi di Stamford Bridge bukanlah sebuah proyek jangka panjang yang bagus. Meskipun kita juga terkadang bingung kalau harus mendeskripsikan berapa ukuran waktu yang pas di Stamford Bridge untuk dikatakan jangka panjang. Hmmm...


1). Pertentangan Karakter Di Matteo dengan Sistem Permainan yang Dikembangkannya Musim Ini

Jadi, siapa yang pertama kali memberikan cap parkir bus kepada Chelsea musim lalu?

Banyak yang begitu marah melihat langkah Chelsea ke final Liga Champions musim lalu saat menyingkirkan Barcelona di semifinal. Tapi, itu sukses. Semua orang tahu Roberto Di Matteo adalah Italiano, bangsa yang tahu betul bagaimana membangun sistem pertahanan sepakbola terbaik. Meskipun jika dirilik ke belakang tak seluruh rangkaian perjalanan Chelsea musim lalu di era Di Matteo adalah sepenuhnya menunjukkan pertahanan gerendel. Chelsea bisa tegak kepala saat bicara bagaimana mereka menekuk Spurs 5-1 di partai semifinal Piala FA atau saat mengalahkan Liverpool 2-1 di final.

Tapi, sistem permainan yang dirancang Di Matteo adalah bagaimana menempatkan kekuatan lini pertahanan sebagai hal yang utama. Sangat berbeda dengan musim ini dimana hampir sepanjang 90 menit lawan-lawan Chelsea akan melihat bagaimana tiga playmaker Chelsea meliuk-liuk di garis pertahanan mereka.

Perubahan karakter permainan yang ditunjukkan Chelsea musim ini sangatlah berbeda dengan musim lalu. Berkali-kali dalam wawancaranya Di Matteo menyinggung soal disiplin dalam bertahan yang harus dimiliki anak buahnya. Memiliki tiga playmaker yang rajin menyerang tak membuatnya melupakan kekhawatiran soal bagaimana rapuhnya Chelsea jika lawan sudah bisa membaca arah serangan mereka. Dan, bagaimanapun rasanya memang sulit bagi seorang Italiano untuk mengurus sebuah tim yang harus memasukkan tiga attacking playmaker sekaligus, yang harus menerapkan sistem permainan menyerang demi image klub yang diharapkan sang owner saat dirinya sendiri bisa mensukseskan sebuah tim dengan gaya bermain bertahan.

Pembelian tiga pemain seperti Marko Marin, Eden Hazard dan Oscar jelas adalah proyek ideal di mata dewan klub, bukan proyek yang ideal untuk seseorang seperti Roberto Di Matteo.


2). Ekspektasi Muncul Karena Lawan-Lawan Medioker di Awal Musim

Sebelum bertemu Manchester United di pekan ke sembilan, Chelsea hanya sekali tersendat saat ditahan imbang QPR 0-0, selebihnya Chelsea selalu menang. Ya, tapi lawan-lawan Chelsea di delapan laga itu semuanya memang berada di bawah level Chelsea.

Pada sebuah wawancara dengan tv lokal, saya pernah bicara jika ujian Chelsea akan datang di akhir Oktober. Karena selain menghadapi United dua kali, mereka akan menghadapi tim seperti Spurs, dan Shakhtar Donetsk yang belum terkalahkan di Liga Champions. Ujian yang saya katakan saat itu, terwujud akhirnya. Kekuatan mengerikan (katanya) Chelsea langsung seret seketika. Atau bahkan, jika harus dilihat sebelum menjalani pekan kesembilan, Chelsea sudah dibantai Atletico Madrid di ajang Super Eropa dan bagaimana Juventus dan Shakhtar Donetsk menunjukkan seperti apa ujian yang harus dihadapi Chelsea jika bertemu tim selevel.

Ekspektasi yang terlalu cepat timbul di awal musim membuat kepergian Roberto Di Matteo pada Rabu lalu jadi semakin berat diterima fans Chelsea. Banyak yang berkata Di Matteo seharusnya diberi waktu lebih lama lagi karena perjalanan Chelsea musim ini hanya baru bobrok dalam sebulan terakhir. Tapi, sekali lagi pada awal musim ini Chelsea hanya menghadapi lawan-lawan medioker. Arsenal? Come on.... mereka tim peringkat berapa sekarang?

Faktanya juga Chelsea selalu selalu memecat pelatih di era Roman Abramovich saat mereka justru menerapkan permainan atraktif. Masih ingat Luis Fellipe Scolari? Andre Villas Boas? dan tentu saja Roberto Di Matteo....


3). Karena Liga Champions Bukanlah Tolok Ukur Sebenarnya

Banyak yang berat melepas kepergian Roberto Di Matteo karena prestasinya mengantar Chelsea ke panggung tertinggi di Eropa.

Jadi, saya sependapat saat Arsene Wenger menyebutkan jika kekuatan sebuah klub bisa dilihat dari posisi mereka di klasemen Liga (dalam hal ini yang dimaksudkan Wenger adalah Liga Inggris).

"Mungkin titel Liga Champions akan membangkitkan kembali hasrat Abramovich (pemilik klub Chelsea). Tapi, saya juga bangga ketika setiap klub Liga Inggris bisa memenangkan Liga Champions."

"Ini menunjukkan bagaimana kompetitifnya Premier League karena Chelsea hanya finish di posisi keenam di Liga Premier dan itulah yang  menunjukkan kualitas nyata dari sebuah tim."

"Yang lebih penting dari Liga Champions adalah tentang di mana anda finish di Liga. Ini menunjukkan seberapa bagusnya ajang Liga Primer Inggris saat ini."


Arsene Wenger, Agustus 2012. 




Dalam banyak kesempatan yang saya miliki untuk berbicara di radio, ataupun TV lokal, saya selalu berujar jika untuk memenangkan Liga Champions, sebuah tim memerlukan lebih banyak keberuntungan daripada jika mereka berjuang untuk menjadi juara Liga. Kenapa?

UCL bukanlah sebuah kompetisi yang berjalan setiap pekan, ada fase knock out. Di fase grup, setiap tim bermain sekali dalam dua pekan. Ada momen 14 hari yang memutus koneksi sebuah tim dengan atmosfer di Liga Champions. Berbeda dengan Liga yang digelar sepekan, atau bahkan empat hari sekali. Sebuah tim akan merasakan dan mengadaptasi atmosfer kompetisi dalam sebuah proses yang ideal dan sejalan waktu tim-tim terbaik akan menemukan titik tertinggi permainannya.

Belum lagi adanya fase knock out di Liga Champions. Arti dari knock out adalah dua laga terdiri dari home-away dan langsung tersingkir. Nasib sebuah tim ditentukan hanya dari dua laga. Jika mereka kalah agregat atau head to head atau kalah dua kali, selesai sudah. Padahal jarak laga terakhir fase grup dengan fase knock out adalah dua bulan. Dalam dua bulan banyak hal yang bisa terjadi.

Saya bisa katakan, Chelsea layak menjadi juara bukan di musim lalu. Tapi, lihatlah bagaimana Chelsea pada tahun 2004, 2005, 2007, 2008 dan 2009. Apa yang menjegal Chelsea di tahun2 tersebut? Jika saya dikatakan subyektif terserah, tapi bagi saya, itu adalah ketidak beruntungan. Apa yang membuat Chelsea menjadi juara musim lalu? Secara non teknis, saya mengatakan itu adalah KEBERUNTUNGAN.

Jika harus jujur, setidaknya dalam 10 tahun terakhir, kita semakin sering menemui juara Liga Champions yang datang bukan dari tim terbaik turnamen tersebut. Tapi, sebaliknya dalam kompetisi Liga, hanya yang terbaik dan konsistenlah yang layak juara.


4). Posisi Kritis Chelsea di UCL Musim Ini

Saat sebuah tim memiliki seorang kapten Brasil, tiga playmaker jagoan, satu bek tengah terbaik dunia, bek kiri terbaik dunia, kiper yang menjadi nominasi Kiper Terbaik Dunia, striker 50 juta Pounds..status juara bertahan Liga Champions, well apa yang diraih Chelsea di UCL musim ini unacceptable. Ya, UNACCEPTABLE, tidak bisa diterima. Meskipun belum berakhir, tapi sangatlah membingungkan apa yang dialami Chelsea saat ini.

Saya tak akan mengritik kemampuan Di Matteo sebagai manajer. Bagi saya manajer bukan hanya seorang pelatih. Manajer membutuhkan kemampuan soft skill yang lebih bersandar pada karakternya sendiri untuk menjadi andalan anak buahnya. Manajer tak sekedar ahli taktik. Manajer adalah sosok yang mampu menunjukkan kontrol penuh atas anak buahnya, sosok yang 'disayang dan dipercaya anak buahnya', sosok yang bisa dijadikan ayah di tempat latihan. Sosok yang mampu membentuk mentalitas, psikologis sosok-sosok dalam satu tim. Di Matteo memenuhi kriteria seorang manajer (berasal dari manage, artinya yang mengatur), tapi dia bukan tactician atau pelatih handal. Alasannya? Kembali ke paragraf pertama bab 4 ini.

Jadi, mungkin benar apa yang dikatakan teman saya, sesama fans Chelsea. Namanya, Doni Zola. Dia bilang, kalau dia menjadi Di Matteo, dia akan langsung mundur setelah merebut trofi Big Ear..... (walau alasan kami mungkin berbeda).

Anyway, thanks a lot Di Matteo.. Wish you all the best in future, LEGEND!





Btw, setelah Rafa Benitez ditunjuk sebagai manajer, saya sangat membenci keputusan ini. Alasannya? Gak perlu dibahas HAHAHAHAHAHAHAHA

Jadi, ini sedikit uraian saya..(sedikit?). Saya hanya bisa berkata, hingga saat ini, SAYA MASIH CINTA CHELSEA......



READ MORE - Roberto Di Matteo: Yang Tak Diinginkan, Yang Tak Seharusnya Bertahan...

14 Agustus, 2012

The Beginning of Football In My Life

Selamat sore...

Nanda lagi mau nulis..

Gak jauh-jauh dari apa yang kalian lihat dari pic yang mampang di atas blog saya...ya bicara sepakbola.

Udah keliatan jelas kan? Ya, saya fans Chelsea. Saya mencintai klub ini (ehhhmmmm... sebenarnya saya gak punya grade yang jelas soal cinta, karena saya jomblo :( .Mencintai, gak terlalu inferior, tapi gak juga berlebihan, tauk deh buat kalian).

Saya menjadi fans CFC sejak 2003. Sejak ada begitu banyak pemikiran saya yang berubah. Mau tau? Pertama kali saya nongkrongin bola itu tahun 1994.  Tul! Piala Dunia Amerika Serikat, dan Roberto Baggio adalah pemain pertama yang mengawali lembar kehidupan sebagai fans bola. I don't know anything about him nowadays, but i learnt something special in the past.

Bagi yg ngikutin PD 94' pasti tahu bagaimana kegemilangan Baggio berakhir tragis dengan kegagalannya mengeksekusi penalti ke gawang Claudio Taffarrel yang membuat Brasil memboyong gelar juara. Tapi, di saat saya pertama kali saya mencinta sepakbola (usia saya 9 tahun waktu itu), saya langsung belajar bahwa mimpi elo gak selalu terwujud. (ciiee ane dewasa sebelum waktunya, kamprett lah ini. Mungkin saya baru paham esensi dari kasus Baggio itu setelah setidaknya saya duduk di bangku SMP, ya begitulah --" )

Seiring waktu, saya bikin lompatan cerita aja, kemudian saya beralih ke sepakbola Inggris di tahun 1997. Ya!! Saya penggemar United dulunya :)) Funny or Silly?
Sebagai fans karbitan saat itu, saya begitu memuja Ryan Giggs, Roy Keane dan tentunya BECKHAM! WTH!

Di PD 98' Becks bikin kesalahan fatal yang membuatnya dihujat seluruh Inggris! Sikil alias kaki usilnya yang nyekot Diego Simeone membuat Inggris harus bermain dengan 10 pemain vs Argentina dan akhirnya kalah adu penalti di babak 16 besar. Org2 dgn logikanya pasti mikir, kalo Becks gak out, bisa menang tuh Inggris! (Hahahahahaha... saya langsung inget kejadian CFC lolos ke final UCL 2012 dgn 10 orang pemain menghadapi 11 makhluk asing yang dinamakan BARCELONA dan CFC tertinggal 2-0...huh!). Saya setuju dengan teks bahwa sepakbola itu bukan matematika, seinget saya anak Red Army di suatu tempat yang ngomong gitu ke saya. Ya, saya setuju.

Nah, jika saya belajar soal kepahitan hidup dari Baggio, saya belajar soal kebangkitan diri dari Beckham. Setelah PD 98, performa Becks langsung melejit bersama United. Ia menjadi tukang umpan nomor wahid,,, ehhmmm,, bukan,,,,,, dia pengumpan terbaik di dunia saat itu. Semua bola yang ditendangnya kayak ada detektornya, mencari kaki atau kepala pemain yang dituju. Begitu terukur, WONDERFULL!

Lalu, di saat performanya gemilang, saya terinspirasi dari sikapnya menghadapi dunia yang begitu sinis kepadanya. Waktu itu saya sedang drop karena nilai rapot saya di cawu dua (umur emang gak bisa boongin darimana angkatan elo berasal cyinn :P ) di kelas 2 SMP jelek banget,,,kelewatan! Rata2 nya 6,8... itu pukulan buat saya yg setidaknya bisa dapetin minimal 7,5 per cawu. And Then,, saya semakin rajin nongkrongin bola, apalagi waktu United lagi main.

Asal tau aja, di jaman kelas 2 SMP itu, sekolah ane masuk jam 06.30 WIB. Rumah saya ke skula jaraknya 10 KM plus angkot yang jalannya kayak semut..muttt!! tau sendiri saya butuh waktu berapa jam biar bisa nyampe skola? kudu bangun jam berapa coba? Itu dia, kalo United lagi maen di UCL, selesai pertandingan baru jam 05.00, trus saya mandi, berangkat! Untungnya, United jadi juara UCL 1999, semua pengorbanan konyol itu berbuah sesuatu untuk hati saya yang haus hiburan!! Ya, saya bisa bilang hati saya sangat terhibur dgn treble United! Kenapaa saya bilang pengorbanan konyol?? Gaya hidup yg tidak sehat itu, abis nonton bola langsung brgkt ke sekolah, berbuah gejala tifus selama dua minggu :(

Dan, saya semakin menyerap banyak pelajaran berharga soal Becks. Saya menduplikasikan semangatnya yang terus melakukan perlawanan. Saya belajar lebih giat, segiat saya nongkrongin United. Hasilnya? Nilai saya melonjak sampe 10 angka di cawu terakhir, rata2 7,8 :)). Saya meraih nilai ujian matematika tertinggi bersama dua temen saya yg lainnya (uhuk200x nyombong dikit kek nya gak haram kan?) dan skula saya bukan skula sembarangan,, itu SMP terbaek di Jatim (ohok200x.....tepuk dada sekeras-kerasnya :)) )

Itulah, luar biasanya sepakbola. Mungkin buat bbrp org saya cuma kemakan hobi secara berlebihan. Tapi, sepakbola mengambil peranan yg sangat penting buat jalan hidup saya. Ya, liat aja sekarang, kesibukan saya ngetikkin naskah berita dr luar buat disajikan kpd mereka2 yang enggan ngeliat situs luar..alias lebih sreg pake Bahasa Indonesia aja, dan terkadang bikin ulasan sendiri (liat di sini ya www.ggintersport.com , saya pake inisial Ndf :D, sekalian promo :)) ). I am not 'miss know everything'! note that! Saya cuma bagian kecil dari sebuah lingkaran super besar yang bicara sepakbola. Ada banyak fans lain di luar sana yang lebih ngeh soal permainan ini technically, saya memilih memahami sepakbola dengan cara saya sendiri (ego saya gak karuan ini ceritanya, wkwkwk) :))

Lalu, kenapa saya beralih ke Chelsea Football Club? Tunggu tulisan saya berikutnya (ya elah Nand, kayak kebanyakan aja yang nungguin ceritamu!!! baca aja pasti capek, pake nunggu segala -____-" ) Saya butuh waktu yang lebih luas dari saat ini, dimana saya curi2 jam kantor buat ngetik cerita ababil ini, lagi puasa pula ...embelgedes banget!!

Hingga akhirnya kalian bisa mengerti bagaimana saya menaruh Chelsea di palung terdalam hati saya (mendadak puitis,,eng ing eng...!!)

Selamat sore! Selamat menatikan adzan Maghrib untuk wilayah masing-masing..jangan mokel yah, karena sejatinya es buah lebih enak dinikmati saat berbuka :))


READ MORE - The Beginning of Football In My Life

08 Agustus, 2012

Salam Perkenalan (yang tidak super sama sekali)!

Selamat Datang di blog saya...

Sudah mengenali saya atau bahkan belum pernah sekalipun mendengar nama saya? Tak masalah. Saya berharap kalian semua merespon tulisan-tulisan saya dalam berbagai warna. Ya, silahkan mengritik, memuji, membalas, beragumentasi atau bahkan sekedar berbagi lewat komentar kalian, saya tetap berterima kasih untuk yang mau melakukannya.

 Atau sekedar membaca tulisan saya? Sah juga, situ punya mata kan bukan saya yang ngasih -___-"

Tapi, jangan simpan uneg-uneg yang muncul kalo baca tulisan saya. As I said before, i am very pleasure if you have response for me!!

Sekian dulu, perkenalan basa-basi saya..selanjutnya kita akan berkenalan lebih jauh saat saya merasa begitu sesak untuk bicara lepas,,maka saya akan menulis lepas! hahaahaha, see ya!
READ MORE - Salam Perkenalan (yang tidak super sama sekali)!