28 Mei, 2013

Jika Jose Mourinho Kembali Bertahta di Stamford Bridge... ( Part II )

Membahas kelemahan dan efek negatif kedatangan Jose Mourinho ke sebuah klub bukanlah sebuah hal yang mudah, itu sangat sulit. Bahkan saya mengawali paragraf satu dalam tulisan ini selama hampir satu jam, dan sebelumnya saya sudah berpikir sekian pekan dan bertanya pada diri sendiri apakah saya cukup yakin menulis bahasan yang berisi tentang hal ini. Ya, sekarang saya cukup yakin (menunggu paragraf kedua dilanjutkan entah sampai kapan)....

(Dan..paragraf kedua bisa dilanjutkan sembilan hari sejak penulisan paragraf pertama,percayalah :D ) Saya lantas sadar bahwa mencari-cari kelemahan atau sisi negatif dari seseorang ataupun sebuah kejadian dengan sengaja, apalagi jika merasa itu diwajibkan, adalah masalah bagi si penulis dan bukannya orang atau kejadian yang akan dianalisa.

Saya cuma mau menyampaikan bahwa saya tidak menemukan dampak negatif jika benar Jose Mourinho akan kembali membesut Chelsea musim depan.

TIDAK ADA!

Dan, justru di situlah letak masalahnya.

Dari semua dampak positif yang sudah saya bahas di artikel sebelumnya (Jika Jose Mourinho Kembali Bertahta di Stamford Bridge...), Jose Mourinho mutlak berada di sisi yang sangat diuntungkan di antara manajer-manajer klub rival Chelsea. Itu artinya, TIDAK ADA ALASAN UNTUK GAGAL.

Saat anda tidak memiliki alasan untuk gagal, dan kemudian ternyata anda gagal, maka jika dilihat dari perspektif kultur yang ada di Chelsea, Jose Mourinho seperti hanya akan mengulang mimpi buruk saat ia pertama kali datang ke klub ini di tahun 2004. Dia bisa saja dipecat atau dengan sadar diri, meninggalkan klub ini lebih awal dari masa kontrak yang nantinya akan diberikan oleh dewan klub The Blues.

Saya hanya percaya jika pada akhirnya ada alasan bagi Mourinho untuk gagal, maka itu baru bisa ditemukan saat Chelsea telah menjalani musim terbaru mereka.

Jika harus mengulas balik perjalanan musim terakhir Mourinho bersama Chelsea (musim 2006-07), saya ingat betul faktor terbesar kegagalan Jose Morinho di musim terakhirnya tersebut terletak pada badai cedera pemain yang menciptakan ke-tidak beruntung-an.

Saya ingat betul di musim itu nyaris tak ada satupun pemain Chelsea yang tidak mengalami cedera dan harus absen dalam beberapa pertandingan. Tragedi Petr Cech, pingsannya John Terry dalam laga final Piala Liga Inggris, dan cedera-cedera 'umum' yang dialami pemain Chelsea lainnya.

Masih ingat saat di bulan Januari 2007 Chelsea kalah dari Liverpool di partai Liga Inggris? Ya, karena cedera yang dialami bek-bek Chelsea saat itu, kita harus melihat duet Paulo Ferreira dan Michael Essien di lini belakang Chelsea dan akhirnya Liverpool menang 2-0, CMIIW.

Saya mengingat bahwa hanya Frank Lampard yang bermain di nyaris setiap pertandingan untuk Chelsea. Itupun dengan catatan, di akhir Maret 2007, dia harus bermain dengan kondisi pegelangan tangan dibebat karena mengalami retak saat berlatih bersama skuad Timnas Inggris.

Dia juga harus menggantikan posisi Lassana Diarra yang terlambat datang saat Chelsea menghadapi Macclesfield di ajang Piala FA pada bulan Januari 2007, padahal Lamps tidak dimasukkan ke dalam anggota skuad oleh Mourinho. Saya juga masih ingat betul, setelah bermain sekian banyak laga, Lampard di-bangku cadang-kan pleh Mourinho saat bertemu Blackburn (CMIIW) di bulan April, tapi harus masuk ke lapangan di awal babak pertama karena Ricky Carvalho mengalami cedera.

Saya hanya berpikir, jika saja Michael Ballack dan Andriy Shevchenko tidak absen di partai semifinal leg kedua Liga Champions melawan Liverpool, maka Mourinho mungkin tak harus menunjuk Arjen Robben sebagai eksekutor penalti Chelsea. Hanya penalti Lampard yang sukses bersarang ke gawang Pepe Reina saat itu. Kita tahu Michael Ballack dan Andriy Shevchenko punya peluang yang lebih besar untuk berhasil mengeksekusi penalti daripada si kidal Arjen Robben ataupun Geremi, CMIIW.

Saya seperti mengulas memori suporter Chelsea di musim terakhir Jose Mourinho melatih klub ini, dulunya. Saya pada akhirnya hanya berharap, Jose Mourinho tidak menemui rentetan peristiwa aneh seperti yang dialaminya di musim 2006-07, dimana pada akhirnya dia 'hanya' bisa mempersembahkan Piala FA dan Piala Liga Inggris di akhir musim.

Dan, setelah semua penjelasan di atas, setelah semua torehan kesuksesan di FC Porto, Jose Mourinho memang ditargetkan, diharapkan untuk sukses bersama klubnya. Dan karena itulah artikel ini akan aneh sekali jika memuat tulisan mengenai dampak negatif kedatangan Jose Mourinho untuk Chelsea, klub yang tolok ukur kesuksesannya adalah trofi. Dan karena habit di Chelsea itulah kita tidak harus mengupas soal-soal yang terlalu rumit, seperti bagaimana nasib pemain-pemain akademi Chelsea. Bukan salah Mourinho, dia ada atau tidak ada sekalipun, Chelsea toh sama saja. Lagipula, membangun akademi yang sukses menelurkan pemain-pemain yang gemilang sebenarnya jauh lebih sulit daripada membentuk skuad utama, yang bisa 'dibeli' dan siap meraih trofi.........


Up The Chels!

READ MORE - Jika Jose Mourinho Kembali Bertahta di Stamford Bridge... ( Part II )

18 Mei, 2013

Jika Jose Mourinho Kembali Bertahta di Stamford Bridge...

Fans Chelsea dalam beberapa bulan terakhir betul-betul sudah dijejali dengan kabar seputar kembalinya The Special One ke kursi manajer klub. Sebagai fans Chelsea, saya memperkirakan setidaknya 90 persen suporter merasa bahagia dengan kabar tersebut dan sepuluh persen sisanya bukannya menolak kedatangan Mourinho, tapi lebih karena mereka memiliki manajer favorit yang berbeda.

Intinya, tak ada kebencian yang muncul seiring desas-desus yang kabarnya akan menjadi kenyataan setelah gelaran La Liga usai awal Juni mendatang.

Katakan, pada akhirnya memang benar Jose Mourinho akhirnya akan kembali berlabuh ke tempat yang memberikan dia gairah luar biasa dalam sepakbola, maka rasanya seribu prediksi soal efek kedatangan Mourinho ke Chelsea dan Inggris tentu akan menjadi topik hangat untuk dibicarakan.

Mari bicara soal efek kedatangan Mourinho untuk Chelsea sendiri. Dalam sejarah klub inipun, belum pernah ada pelatih yang kembali setelah meninggalkan pekerjaan di London Barat. Sejarah kesuksesan Mourinho sebelumnya tentu menjadi sebuah penanda tertentu apa yang diharapkan dari kembali-nya ia ke ranah Inggris.

Chelsea tak dipungkiri akan menuai keuntungan dari kembalinya salah satu anak emas di dunia kepelatihan sepakbola modern. Jadi, apa sisi positif dari kedatangan Mourinho ke Chelsea?


1. Mourinho Selalu Tahu Bagaimana Meraih Sukses Jangka Pendek

Well, soal kemampuan yang satu ini rasanya tidak perlu dibahas lagi. Mourinho bisa dikatakan tidak pernah gagal membesut empat tim yang pernah dilatihnya. Sekalipun banyak orang memandang rendah pencapaiannya di Real Madrid, tapi raihan satu trofi Liga Spanyol dan satu trofi Copa del Rey serta tiga kali semifinal beruntun di Liga Champions sungguh sebuah pencapaian yang fantastis.

Sukses terbesar Mou di Real Madrid adalah trofi La Liga yang dipersembahkannya. Jika bersedia membaca kembali artikel saya di blog saya soal pemecatan Roberto Di Matteo, maka anda akan tahu kenapa saya tidak menempatkan trofi Liga Champions sebagai tolok ukur UTAMA kesuksesan seorang manajer di klub. Lagipula, siapa Real Madrid sejak 2003 di Liga Champions, sebelum kedatangan Mourinho di tahun 2010? Menyentuh perempatfinal saja mereka susah payah, cuma sekali.

Dan kenapa saya sertakan kata-kata jangka pendek? Ya, karena pemilik Chelsea terkenal sebagai orang yang tidak memiliki kesabaran tingkat tinggi untuk melihat klubnya merasakan kegagalan. Bersama Mourinho, sebuah klub bisa merasakan euforia 'sekejap mata'. Semua serba cepat dan sangat ekspresif. Itulah sebabnya, menurut kabar di media-media, Jose Mourinho 'hanya' akan ditawari kontrak selama tiga tahun (kalaupun empat tahun, seperti kabar terakhir yang beredar, maka dengan iklim Chelsea dalam 10 tahun terakhir, kita masih harus skeptis apakah Mourinho akan menyelesaikan tugasnya hingga kontrak berakhir). Jika harus membandingkan jangka waktu kontrak yang dipersiapkan Setan Merah untuk David Moyes (6 tahun), terlihat dengan jelas klub mana yang lebih siap merasakan kegagalan tanpa harus ada pergantian manajer. Chelsea hingga saat ini sepertinya tidak membangun sebuah sistem jangka panjang dalam manajerial mereka. Chelsea dan Jose Mourinho memang sangat klop!


2. Pengalaman di Sepakbola Spanyol Akan Berfungsi Untuk Menangani 'The New Chelsea'

Sejak Juan Mata bergabung dengan Chelsea di tahun 2011, jelas sekali bahwa ada transformasi permainan di atas lapangan. Mata yang difungsikan sebagai playmaker memang diboyong untuk meningkatkan flesibilitas lini tengah Chelsea yang cenderung kaku dan keras. Kemudian kedatangan Eden Hazard, Marko Marin dan Oscar dengan sangat terang menunjukkan apa yang menjadi proyeksi dewan klub soal performa di atas lapangan. Dewan klub ingin tim ini bermain lebih spektakuler, lebih indah, ya, mirip-mirip Barcelona. :P

Lalu, dengan banjir kedatangan pemain-pemain yang memiliki teknik super ini apa yang bisa dilakukan Mourinho dengan filosofi sepakbola efektif, pragmatis, asalkan bisa menang?

Jangan khawatir. Mourinho menempa ilmu tiga tahun di sepakbola Spanyol yang terkenal sebagai liga pemain teknik tinggi di dunia. Mengutip apa yang pernah ditulis @coachtimo, 'Jika ingin belajar taktik, pergilah ke Italia. Jika ingin belajar fisik, pergilah ke Inggris. Jika ingin belajar mental pergilah ke Jerman. Jika ingin belajar teknik pergilah ke Spanyol'.

Musim lalu, Mourinho sukses menerapkan sepakbola paling menyerang sepanjang kepelatihannya. Torehan gol para pemain Madrid di kompetisi domestik dan kemudian gelar La Liga dengan sejumlah torehan impresif menunjukkan jika Mourinho sebenarnya siap jika harus melakukan hal agak berbeda. Ia juga tak tampak mengalami masalah besar mengakomodasi skill Cristiano Ronaldo di atas lapangan.

Tapi, jika torehan prestasinya tak secemerlang di negara lain, salah satu faktor terbesarnya dia datang saat Barcelona sedang bagus sekali, saat Barcelona sedang menjadi tim terbaik dunia.

Kesuksesan Mourinho di Chelsea dan Inter Milan juga dipengaruhi dengan tim-tim rival yang sedang jeblok performanya. Saat melatih Chelsea, Manchester United memang tengah membangun kekuatan baru di luar 'Class of 92'. Di Inter Milan, Juventus dan AC Milan memang juga tak bisa memberikan perlawanan berarti.

Penjelasan tadi bukan sesuatu yang bersifat mengecilkan kemampuan Mourinho, tapi saya secara pribadi yakin bahwa tak ada kesuksesan sebuah klub yang tidak dipengaruhi dengan apa yang terjadi terhadap klub rival mereka.


3. Mourinho Memiliki Banyak Dukungan, Mengurangi Tekanan

Seperti yang saya tulis di atas, banyak sekali fans Chelsea yang tidak keberatan dengan kedatangan Mourinho dan bahkan cenderung mendukung 100 persen.

Yang lebih penting lagi dalam kedatangan Mourinho ke Chelsea kali ini adalah ia sudah pasti disambut dengan penuh cinta dari para pemain didikannya terdahulu yang hingga saat ini bisa saya jamin masih tetap merasa sangat berhutang budi pada Mourinho.

Petr Cech, Ashley Cole, Frank Lampard dan John Terry. Dalam sejarah kepemilikan Roman, manajer yang memiliki dukungan penuh penuh dari para pemain senior yang sangat berpengaruh itu selalu sukses di akhir musim (baca: mempersembahkan trofi).

Saat Mourinho datang, dia tak perlu lagi melakukan 'adaptasi' sosial besar-besaran. Dia tahu betul siapa pemain yang akan berpihak kepadanya dan mendukung langkahnya di Stamford Bridge. Sudah jadi watak Mourinho bekerja dengan orang-orang dipercayai-nya. Salah satu kebiasaannya adalah membawa mantan anak buah di klub sebelum-nya ke klub baru. Di Chelsea, dia dipastikan menggenggam suara empat pemain senior, sebuah bekal penting untuk meminimalisir gejolak kamar ganti Chelsea yang nyaris selalu panas semenjak kepergian The Special One di tahun 2007.


4. Kondisi Khusus yang Dialami Tim Rival

Jadi, Sir Alex Ferguson pensiun, Roberto Mancini dipecat. Dua tim teratas di Liga Inggris dalam dua musim terakhir akan mendapatkan manajer baru.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, kesuksesan Mourinho di Chelsea di musim 2004-05 dan 2005-06, tak lepas dari menurunnya performa Man. United yang saat itu mengalami masa transisi.

Pensiunnya Sir Alex sebenarnya menjadi beban untuk tim-tim rival United karena selama ini pengaruh pria Skotlandia tersebut terhadap kesuksesan United begitu besar. Tim-tim rival Setan Merah punya beban yang lebih besar untuk membuktikan diri musim depan. Kepergian Sir Alex tentu akan memberikan pengaruh besar terhadap kekuatan United musim depan. Dewan klub Setan Merah bahkan sudah mempersiapkan diri terhadap hal tersebut. Sebuah tawaran kontrak berdurasi enam tahun disodorkan kepada David Moyes untuk membangun karirnya di Old Trafford. Ini sebuah indikasi bahwa United 'bersedia' bersabar menunggu buah kepelatihan David Moyes.

Lalu, Manchester City. Ya, mereka memang bisa menjadi juara Liga Inggris musim lalu. Namun, dengan kondisi badai cedera yang dialami Man. United, rasa-rasanya, menjadi juara hanya berdasarkan selisih gol bukanlah suatu pencapaian yang bisa dinilai sangat baik. Kerentanan tim ini masih begitu besar. Tampil konsisten hanya dalam satu musim  dan dua kali gagal di fase grup Liga Champions semenjak kedatangan Sheikh Mansour, membuat teori yang menyebutkan "Chelsea Buy Trophies With Money' tidak mutlak benar. Entah Manchester City berusaha untuk membangun klub dengan cara yang lebih elegan daripada Chelsea, atau mereka mungkin tidak memupuk ambisi secara kontinyu dari musim ke musim seperti yang dilakukan Roman Abramovich.

Arsenal, Spurs, Liverpool dan Everton. Kekuatan kuda hitam namun tak bisa terlalu diharapkan kiprah-nya. Mungkin hanya Arsenal yang mendapatkan sedikit keuntungan karena mereka memiliki manajer yang paling senior di antara tim-tim papan atas lainnya. Pada dasarnya, masalah Arsenal kurang lebih sama dengan apa yang dialami Manchester City, di kalimat terakhir paragraf sebelum ini.


5. Chelsea Musim Depan Sudah Lebih Siap

Saya pernah menyinggung dalam tulisan saya 'Rafael Benitez Masih Memiliki Kelebihan'. Dalam tulisan itu saya menyatakan bahwa sistem rotasi yang diterapkannya akan menjadi sangat berguna untuk Chelsea di musim depan.

Skuad Chelsea memang lebih besar musim ini dan kedalaman-nya juga bagus. Semua berkat rotasi yang dijalankan Benitez. Tak ada yang menyangka jika Cesar Azpilicueta bisa menjadi andalan di bek kanan, bergantian dengan Ivanovic. Kehadiran Cesar membuat Benitez tidak terlalu kebingungan saat Terry dan Cahill absen akibat cedera, karena dia bisa menggeser Ivan ke tengah dan tetap merasa aman dengan kehadiran Azpilicueta. Jika Ivan dan Azpilicueta sama-sama fit, Benitez memiliki opsi untuk mendorong David Luiz ke sektor gelandang bertahan dan membiarkan Ivan berpasangan dengan Cahill atau Terry.

Chelsea memainkan 69 partai musim ini dan rotasi ala Benitez benar-benar membuat pemain mendapatkan porsi bermain yang sesuai. Mereka sudah membangun 'chemistry' antara satu pemain dengan pemain lainnya. Mungkin hanya Marko Marin yang harus melakukan penyesuaian lagi karena faktor cedera membuat dia minim tampil untuk klubnya. Sekarang tinggal apa yang menjadi pilihan Mourinho, akankah dia mengembangkan Chelsea dengan platform yang sudah terbentuk musim ini atau melakukan perombakan dari awal untuk membentuk tim yang betul-betul sesuai keinginan-nya 'dari nol' lagi.


Anyway, saya berharap Jose Mourinho benar-benar akan kembali ke Stamford Bridge. Welcome Home, Mou!


KTBFFH.


READ MORE - Jika Jose Mourinho Kembali Bertahta di Stamford Bridge...

02 Mei, 2013

Rafael Benitez Masih Punya Kelebihan

Di awal musim ini, Chelsea memiliki setidaknya tujuh trofi untuk mereka raih. Status juara bertahan Liga Champions dan Piala FA membuat mereka memiliki tiga agenda 'otomatis' yang harus mereka jalani. Tiga agenda tersebut adalah Community Shield, Super Eropa dan Piala Dunia Antar Klub

Tapi apa yang terjadi dari Agustus 2012 hingga hari ini, mungkin tidak pernah dibayangkan fans Chelsea sebelumnya.

Jadi, apa yang menjadi faktor kegagalan Chelsea musim ini? Saya sudah membahas perjalanan Chelsea selama separuh musim pertama dalam artikel "Roberto Di Matteo, Yang Tak Diinginkan, Yang Tak Seharusnya Bertahan". Disana terurai jelas bahwa Di Matteo memiliki andil dalam kegagalan Chelsea di Liga Champions dan mengawali kejatuhan klub di Liga Inggris. Berikutnya, jika harus disinkronkan dengan ambisi klub yang ingin meraih gelar bergengsi tiap musimnya, Chelsea sesungguhnya berada dalam fase hibernasi untuk meraih target rutinnya tersebut. Perjalanan kompetisi yang padat, bermain dengan sistem permainan yang agak baru, musim ini sesungguhnya adalah sebuah jembatan transformasi Chelsea yang sesunguhnya. Chelsea belum pernah menjalani fase ini di era Roman Abramovich. Jika ada dalam satu musim dimana Chelsea tidak meraih satu gelar pun di eranya, maka itu bukan berarti Chelsea berada dalam transformasi seperti yang dialami United dari periode 2004-2007, tapi karena secara teknis Chelsea memang kalah bersaing dan kurang beruntung (musim 2003-2004, 2007-08 dan 2010-11).

Ya, Chelsea masih berpeluang menutup musim dengan manis jika berhasil meraih gelar Europa League, tapi bukan berarti Rafael Benitez bisa dikatakan sukses jika dia akhirnya mampu membawa Chelsea meraih gelar yang belum pernah diraih The Blues tersebut. Oh ya, sekalipun dengan tiket Liga Champions, pastinya.

Akan sangat mudah bagi saya mengumbar kelemahan Rafael Benitez dengan catatan kegagalan Chelsea di tiga kompetisi selama dibawahinya (Piala Dunia Antar Klub, Piala Liga Inggris, Piala FA). Tapi, saya tak hanya ingin mengumbar kelemahan Benitez dari pandangan orang awam sepakbola seperti saya. Ya, saya awam sepakbola. Saya adalah fans yang mengutarakan pandangannya dengan tanpa sadar bahwa sudah melibatkan subyektifitasnya, dan menilai berdasarkan apa yang terjadi sejauh mata penglihatan saya. Padahal sepakbola di atas lapangan itu hanya 10 persen dari sepakbola itu sendiri. Jadi, apapun yang saya katakan berikutnya adalah kebenaran milik saya sendiri dan bukan kebenaran milik orang lain yang juga mencintai sepakbola.

Jadi, apa kelebihan (lebih baik membahas kelebihan, kalau kekurangan, sepertinya terlalu mainstream :P ) seorang Rafael Benitez? (menurut saya)


 #1. Membuat pemainnya memahami keputusannya untuk melakukan rotasi di hampir setiap pertandingan

Well, kalau diamati, Chelsea sekarang punya dua tim dengan kekuatan yang tidak jauh berbeda. Tim pertama adalah saat The Blues diperkuat pemain seperti Juan Mata, Eden Hazard, Ramires dalam satu laga. Tim kedua, hanya ada salah satu di antara Mata atau Hazard yang bermain atau bahkan tidak keduanya, tapi mendapat suntikan dari pemain-pemain berpengalaman seperti Frank Lampard dan John Terry.

Sudah tercatat di musim lalu, bagaimana kejatuhan rezim Andre Villas-Boas diawali dengan sikapnya yang arogan dalam menerapkan rotasi tim. Fans Chelsea tahu benar saat Lampard mempublikasikan bahwa dirinya tidak pernah diajak bicara oleh sang manajer mengenai alasan dirinya dibangkucadangkan. Ucapan Lampard inilah yang akhirnya menjadi senjata berkembang biak yang membunuh karir AVB di Stamford Bridge. Keengganan AVB untuk berkomunikasi dengan pemainnya membuat banyak anggota tim tidak simpati kepadanya.

AVB mungkin juga tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya kepada Alex dan Nicolas Anelka bisa menimbulkan rasa sakit hati pada rekan setim mereka saat itu. Saat anda meraih suatu kesuksesan bersama dan bermain bersama cukup lama, solidaritas antar pemain akan sangat kuat. Saat Nicolas Anelka dan Alex dihukum hingga bahkan tak boleh parkir di tempat tim utama, bisa diyakini berapa banyak anggota tim yang bersimpati dengan nasib malang rekannya dan mengumpat AVB dalam hati.

Tapi, Rafael Benitez, dengan sejumlah pengalamannya bisa menghindarkan diri dari perlawanan para pemain (terutama pemain senior) Chelsea. Pernahkah kita mendengar pemain senior seperti John Terry dan Frank Lampard memprotes kebijakan rotasi dari manajer yang (mungkin) paling dibenci oleh fansnya sendiri? Simple saja, Benitez melakukan apa yang dulu tidak dilakukan AVB. Benitez tidak memperluas masalah yang didapatkannya dari sikap suporter Chelsea kepadanya dengan mendapat dukungan dari anak buahnya dalam kebijakan teknis.


#2. Rotasi ala Benitez membawa dampak negatif sekarang, tapi tidak untuk musim depan

Dan, berapa banyak fans Chelsea yang mengomel melihat pelatih Spanyol ini melakukan rotasi hampir di setiap pertandingan? Banyak, banyak, banyak sekali. LOL

Tapi, saya melihat apa yang terjadi pada Man. United musim lalu dan musim ini. Musim lalu, sejumlah bek United silih berganti cedera dan membuat seorang Michael Carrick beberapa kali menjadi seorang bek tengah. Tak hanya bek, Ashley Young, Fletcher, yang notabene seorang gelandang juga terpuruk karena cedera (dan sakit). Ya, Fergie mungkin menerapkan rotasi yang sifatnya kecelakaan atau tidak disengaja, tapi tetap saja Fergie harus memutar otak untuk menentukan starting line upnya di setiap match. Dan buahnya dia petik musim ini.

Rotasi memupuk pengalaman bermain bersama. Kita sudah bisa melihat bahwa United jauh lebih siap menghadapi beberapa skenario buruk musim ini. Cederanya Kagawa, inkonsisten performa Wayne Rooney, Luis Nani, Anderson dan Valencia, kebugaran duet Vidic dan Ferdinand dalam satu match, semuanya bisa diantisipasi karena ada pemain lain yang sudah memiliki pengalaman bermain dengan rekan satu timnya di musim sebelumnya. Tak lagi demam panggung ala David De Gea, Phil Jones atau yang lain. (Walaupun kedatangan RvP juga membawa dampak yang sangat besar, tapi kita juga melihat hal itu pada diri Eden Hazard musim ini, bukan dari hasil yang diraih Chelsea musim ini, tapi transformasi permainan).

Apa yang terjadi pada United, bisa saja terjadi pada Chelsea. Apalagi Chelsea bermain dalam begitu banyak kompetisi yang membuka peluang Benitez melakukan rotasi dan membuat para pemain mendapatkan kesempatan untuk bermain dengan rekan setimnya dalam sebuah kompetisi nyata dan bukan sesi latihan di Cobham. Kedatangan Demba Ba di pertengahan musim, langsung dimanfaatkan untuk menutupi inkonsistensi Torres. Azpilicueta dan Victor Moses juga terlihat lebih berguna semenjak kedatangan Benitez.

Seperti yang saya katakan di alasan nomor dua ini, dampaknya, dilihat dari hasil di atas lapangan, mungkin belum akan terlihat saat ini. Tapi, musim depan Chelsea bisa kembali dengan materi kekuatan yang tak jauh berbeda, namun memiliki kesiapan mental dan teknis yang lebih baik.


#3. Tranformasi David Luiz dari bek menjadi gelandang

Jika harus menilai di bagian lini mana Chelsea paling bermasalah, saya akan menjawabnya di lini tengah, terutama bagian Center Midfielder. Lampard yang sempat cedera di awal musim membuat Chelsea hanya bisa bergantung pada Mikel dan Ramires. Saat Lampard kembali dari cedera, sebulan kemudian Mikel harus membela Nigeria di Piala Afrika, dan kepergiannya cukup lama karena Nigeria berakhir sebagai juara.

Saat ketiganya bisa kembali utuh di bulan Februari, Benitez harus berpikir keras karena dia tahu Lampard sudah berumur 34 tahun dan memiliki cedera paha yang sifatnya berulang, Mikel kelelahan setelah Piala Afrika, dan Ramires adalah pilihan utama di antara ketiganya. Ketiga gelandang tengah ini memiliki masalah fisik karena kondisi masing-masing. Solusi yang muncul adalah 'solusi klasik'. Dikatakan klasik, meskipun tereksekusinya gagasan tersebut adalah hal yang mengejutkan, tapi ide untuk memainkan David Luiz sebagai gelandang tengah bertahan sudah menjadi isu semenjak musim lalu.

Dan, hanya Rafael Benitez yang berani mewujudkan hal itu secara utuh.

Tidak setiap laga David Luiz harus bermain sebagai gelandang bertahan, karena di posisi bek, Chelsea juga kerepotan dengan absennya John Terry di bulan November lalu. Hal itu membuat Ivanovic terkadang juga harus bergeser sebagai bek tengah dari posisi aslinya sebagai bek kanan, menemani Gary Cahill atau David Luiz. Sementara bek kanan diisi oleh Azpilicueta (sekali lagi, ini kelebihan Benitez).

Luiz terlihat menjanjikan sebagai gelandang bertahan, enerjik, lugas, bisa memotong serangan lawan dan juga rajin naik saat tim berada dalam posisi menyerang. kekurangannya hanya pada masalah disiplin. Luiz terkadang agak lupa diri bahwa dirinya hanya seorang gelandang bertahan, dan bukannya gelandang serang atau playmaker.

Jika saja, kondisi di lini pertahanan Chelsea musim ini lebih ideal, mungkin John Terry akan lebih sering berpasangan dengan Ivanovic atau Gary Cahill dan Benitez memiliki kesempatan untuk membuat Luiz lebih akrab dengan posisi sampingannya tersebut.

Sayangnya, kelebihan Benitez ini tidak bisa dia nikmati musim depan karena besar peluang kontrak kerjanya tak akan diperpanjang. Manajer Chelsea berikutnya sangat mungkin akan menuai beberapa keuntungan dari kebijakan Rafa Benitez musim ini. Jadi, adakah terima kasih untuk Fat Spanish Waitress?



#KTBFFH
READ MORE - Rafael Benitez Masih Punya Kelebihan