28 Mei, 2013

Jika Jose Mourinho Kembali Bertahta di Stamford Bridge... ( Part II )

Membahas kelemahan dan efek negatif kedatangan Jose Mourinho ke sebuah klub bukanlah sebuah hal yang mudah, itu sangat sulit. Bahkan saya mengawali paragraf satu dalam tulisan ini selama hampir satu jam, dan sebelumnya saya sudah berpikir sekian pekan dan bertanya pada diri sendiri apakah saya cukup yakin menulis bahasan yang berisi tentang hal ini. Ya, sekarang saya cukup yakin (menunggu paragraf kedua dilanjutkan entah sampai kapan)....

(Dan..paragraf kedua bisa dilanjutkan sembilan hari sejak penulisan paragraf pertama,percayalah :D ) Saya lantas sadar bahwa mencari-cari kelemahan atau sisi negatif dari seseorang ataupun sebuah kejadian dengan sengaja, apalagi jika merasa itu diwajibkan, adalah masalah bagi si penulis dan bukannya orang atau kejadian yang akan dianalisa.

Saya cuma mau menyampaikan bahwa saya tidak menemukan dampak negatif jika benar Jose Mourinho akan kembali membesut Chelsea musim depan.

TIDAK ADA!

Dan, justru di situlah letak masalahnya.

Dari semua dampak positif yang sudah saya bahas di artikel sebelumnya (Jika Jose Mourinho Kembali Bertahta di Stamford Bridge...), Jose Mourinho mutlak berada di sisi yang sangat diuntungkan di antara manajer-manajer klub rival Chelsea. Itu artinya, TIDAK ADA ALASAN UNTUK GAGAL.

Saat anda tidak memiliki alasan untuk gagal, dan kemudian ternyata anda gagal, maka jika dilihat dari perspektif kultur yang ada di Chelsea, Jose Mourinho seperti hanya akan mengulang mimpi buruk saat ia pertama kali datang ke klub ini di tahun 2004. Dia bisa saja dipecat atau dengan sadar diri, meninggalkan klub ini lebih awal dari masa kontrak yang nantinya akan diberikan oleh dewan klub The Blues.

Saya hanya percaya jika pada akhirnya ada alasan bagi Mourinho untuk gagal, maka itu baru bisa ditemukan saat Chelsea telah menjalani musim terbaru mereka.

Jika harus mengulas balik perjalanan musim terakhir Mourinho bersama Chelsea (musim 2006-07), saya ingat betul faktor terbesar kegagalan Jose Morinho di musim terakhirnya tersebut terletak pada badai cedera pemain yang menciptakan ke-tidak beruntung-an.

Saya ingat betul di musim itu nyaris tak ada satupun pemain Chelsea yang tidak mengalami cedera dan harus absen dalam beberapa pertandingan. Tragedi Petr Cech, pingsannya John Terry dalam laga final Piala Liga Inggris, dan cedera-cedera 'umum' yang dialami pemain Chelsea lainnya.

Masih ingat saat di bulan Januari 2007 Chelsea kalah dari Liverpool di partai Liga Inggris? Ya, karena cedera yang dialami bek-bek Chelsea saat itu, kita harus melihat duet Paulo Ferreira dan Michael Essien di lini belakang Chelsea dan akhirnya Liverpool menang 2-0, CMIIW.

Saya mengingat bahwa hanya Frank Lampard yang bermain di nyaris setiap pertandingan untuk Chelsea. Itupun dengan catatan, di akhir Maret 2007, dia harus bermain dengan kondisi pegelangan tangan dibebat karena mengalami retak saat berlatih bersama skuad Timnas Inggris.

Dia juga harus menggantikan posisi Lassana Diarra yang terlambat datang saat Chelsea menghadapi Macclesfield di ajang Piala FA pada bulan Januari 2007, padahal Lamps tidak dimasukkan ke dalam anggota skuad oleh Mourinho. Saya juga masih ingat betul, setelah bermain sekian banyak laga, Lampard di-bangku cadang-kan pleh Mourinho saat bertemu Blackburn (CMIIW) di bulan April, tapi harus masuk ke lapangan di awal babak pertama karena Ricky Carvalho mengalami cedera.

Saya hanya berpikir, jika saja Michael Ballack dan Andriy Shevchenko tidak absen di partai semifinal leg kedua Liga Champions melawan Liverpool, maka Mourinho mungkin tak harus menunjuk Arjen Robben sebagai eksekutor penalti Chelsea. Hanya penalti Lampard yang sukses bersarang ke gawang Pepe Reina saat itu. Kita tahu Michael Ballack dan Andriy Shevchenko punya peluang yang lebih besar untuk berhasil mengeksekusi penalti daripada si kidal Arjen Robben ataupun Geremi, CMIIW.

Saya seperti mengulas memori suporter Chelsea di musim terakhir Jose Mourinho melatih klub ini, dulunya. Saya pada akhirnya hanya berharap, Jose Mourinho tidak menemui rentetan peristiwa aneh seperti yang dialaminya di musim 2006-07, dimana pada akhirnya dia 'hanya' bisa mempersembahkan Piala FA dan Piala Liga Inggris di akhir musim.

Dan, setelah semua penjelasan di atas, setelah semua torehan kesuksesan di FC Porto, Jose Mourinho memang ditargetkan, diharapkan untuk sukses bersama klubnya. Dan karena itulah artikel ini akan aneh sekali jika memuat tulisan mengenai dampak negatif kedatangan Jose Mourinho untuk Chelsea, klub yang tolok ukur kesuksesannya adalah trofi. Dan karena habit di Chelsea itulah kita tidak harus mengupas soal-soal yang terlalu rumit, seperti bagaimana nasib pemain-pemain akademi Chelsea. Bukan salah Mourinho, dia ada atau tidak ada sekalipun, Chelsea toh sama saja. Lagipula, membangun akademi yang sukses menelurkan pemain-pemain yang gemilang sebenarnya jauh lebih sulit daripada membentuk skuad utama, yang bisa 'dibeli' dan siap meraih trofi.........


Up The Chels!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar